Sepuluh film yang layak Anda saksikan selama bulan Agustus, mulai aksi narapidana kelas wahid dalam film Suicide Squad hingga film dram...
Sepuluh film yang layak Anda saksikan selama bulan Agustus, mulai aksi narapidana kelas wahid dalam film Suicide Squad hingga film drama Julieta.
Suicide Squad
Penulis novel Training Day, David Ayer, membuat karyanya berdasarkan karakter anti-hero DC comics, tentang sepak terjang badan intelijen negara yang merekrut para penjahat kelas kakap untuk berbagai misi kejahatan. Sederet aktor dan aktris terkenal memerankan segerombolan narapidana, sebutlah aktor Will Smith menjadi pembunuh bengis Deadshot, Jared Leto sebagai The Joker dan Margot Robie memerankan badut Harley Quinn.Terinspirasi dari film Deadpool, jalan cerita Suicide Squad menandakan adanya perubahan dari gaya film-film ala komik blockbuster pada umumnya, kata Ayer kepada surat kabar The New York Times.
“Sebagai ganti dari berbagai film seri yang bergaya blok apartemen gaya Soviet, lantaran lahir dari cetak biru yang sama, maka sudah saatnya ada ruang bagi orang-orang kreatif untuk menciptakan lebih banyak karya yang elegan”.
Setelah menerima berbagai kritik terhadap film-film blockbuster ala DC comics seperti Batman v Superman: Dawn of Justice, Ayer mengharapkan karyanya - yang diadaptasi dari The Magnificent Seven atau The Dirty Dozen - mampu melambung tinggi. “Ini adalah sebuah tantangan, tapi saya kira saya mampu melampauinya."
Southside with You
Sebagaimana kisah masa lalu Obama yang sudah banyak beredar, film ini mengangkat seputar kencan pertama Presiden Barack Obama dengan Michelle. Sebuah film yang bakal menghangatkan siapapun yang mungkin khawatir terhadap masa depan yang ada di hadapannya.Karya debutan penulis skenario sekaligus sutradara, Richard Tanner, ini telah mengundang pujian atas pilihan para pemeran tokoh-tokohnya. Memerankan Michelle dan Obama, Tika Sumpter dan Parker Sawyers, dianggap mampu menjiwai pasangan baru itu dengan latar tahun 1989.
Menurut majalah Variety, film ini “menampilkan sesuatu yang unik, walaupun untuk sebuah film independen Amerika Serikat: berlatar kisah nyata menjelang pemilihan presiden yang berusaha menampilkan dua ikon tokoh dunia yang berpengaruh sekaligus romantis... Apakah dipandang sebagai cerita belaka, propaganda atau gabungan keduanya, ini adalah film yang tanpa malu-malu membungkus kehidupan nyata para tokohnya secara manusiawi."
Julieta
Film ke-20 dari sutradara Spanyol, Pedro Almodóvar, adalah film yang condong mengangkat tema perselingkuhan ketimbang melodrama macam Talk to Her atau Volver, yang menurut Time Out, “emosinya lebih rumit, ceritanya lebih cengeng”. Tetapi, film ini adalah “film suram, tentang kesedihan, rasa bersalah, dan beban… hanya karya seorang master yang bisa membuat ini terlihat mudah”.Diangkat dari tiga cerita pendek karya penulis Alice Munro, film ini berkisah tentang seorang ibu dan anaknya yang berjuang untuk mengatasi kematian seseorang yang dicintainya. Almodovar berbicara bahwa “masalah keibuan menginspirasiku ketimbang apa-apa yang dikaitkan dengan sosok ayah," dan surat kabar The Evening Standard memuji Julieta sebagai “catatan mengerikan tentang peran keibuan yang gagal dan kematian yang nyata”.
Anthropoid
Cillian Murphy dan Jamie Dornan membintangi film drama berlatar kisah nyata, memerankan dua tentara Cekoslowakia dalam misi menghabisi jenderal satuan tentara Nazi, SS, Reinhard Heydrich.Diterjunkan ke tanah airnya yang dikuasai Nazi pada Desember 1941, mereka mencari sosok penting di balik kebijakan pembantaian orang-orang Yahudi di Eropa, yaitu orang ketiga setelah Adolf Hitler dan Heinrich Himmler.
Film sejarah triler produksi Inggris-Prancis-Cek ini disutradarai Sean Elis, yang meraih nominasi Academy Award untuk film Cashback, film pendek karyanya. Menurut majalah Variety, “jika Ellis berniat mengingatkan apa yang sebenarnya terjadi atas apa yang dialami dua tentara itu, dibandingkan menjual beberapa film Hollywood tentang Nazi... maka misinya tercapai."
Kubo and the Two Strings
Film animasi terbaru buatan studio Laika (Coraline, The Boxtrolls) berlatar belakang Jepang kuno, dan pernah muncul dalam studio film Studio Ghibli, adalah campuran antara cerita rakyat dan sihir.Jiwa dari masa lalu merasuki anak muda bernama Kubo (disuarakan oleh Art Parkinson yang membintangi film Game of Thrones), yang memerangi para dewa dan monster untuk mencari baju zirah yang pernah dimiliki ayahnya, seorang pahlawan Samurai legendaris. Charlize Theron, Matthew McConaughey, Ralph Fiennes dan Rooney Mara menyuarakan karakter-karakter epik penuh aksi petualangan.
Jason Bourne
Matt Damon dan Paul Greengrass kembali bertemu untuk pertama kali setelah hampir satu dekade: dan, menurut editor BBC Culture Nicholas Barber, film ini masih diminati penonton: “Greengrass menata aksi itu dengan menggunakan kamera handheld dan lewat penyuntingan cepat yang membuat penonton merasa mereka bisa terserempet peluru atau terkena pukulan kapan saja."Majalan Time memuji Damon karena telah mengangkat Bourne lebih dari semata aksi generik, dan mengklaim bahwa “Menonton Damon, dalam gerakan atau dalam momen langka, adalah kepuasan tersendiri dari film ini… Damon, dengan kelelakiannya yang abadi akhirnya bersatu dalam perjalanan usianya, yang membawa sentuhan personal yang dibutuhkan film ini. Aksi yang generik, tapi dia selalu spesial.
Lo and Behold: Reveries of the Connected World
Film terbaru sutradara asal Jerman, Werner Herzog (Grizzly Man, Into the Abyss) diputar dalam festival film Sundance dan nyaris mendapat pujian lebih luas lagi. Majalah The Hollywood Reporter menyebut film dokumenter ini “sebuah film yang membingungkan, sigap, namun terlihat sederhana ketika manusia memposisikan diri dengan penemuan yang mengubah dunia dan tidak dapat dibayangkan dalam hal apapun.” Herzog – yang menggabungkan fiksi dengan realita sampai keduanya tidak bisa dihilangkan – mengatakan bahwa pada masa depan Artificial intelligence (AI) akan makin mendominasi dan makin terbukanya hubungan kita dengan mesin. “ Ini adalah momen yang mengagumkan dalam kehidupan manusia,” kata Herzog dalam filmnya. “Awal dari koneksi yang belum kita impikan beberapa tahun yang lalu.”
Pete’s Dragon
Ketika Disney telah menggunakan CGI untuk mereka-ulang karya klasik- seperti The Jungle Book atau Cinderella- dengan membuat lagi dari musik-musik Disney tahun 1977, film yang disutradarai David Lowery ini “telah membuat sesuatu yang terasa datang dari hati”.Pembuat film indie ini- yang mengalami terobosan penting dalam festival film Sundance 2013 dengan film Ain’t Them Bodies Saints- telah menjalin sebuah karakter drama yang berputar antara sebuah naga CG dan Pete, temannya, dan majalah Variety mengklaim bahwa “daya tarik film ini ada di dalam tekstur penampilan tanpa suara” seperti Pete, begitu pula dengan “ritme lembut dari skrip” yang Lowery tulis bersama Toby Halbrooks – mengatakan Pete’s Dragon yang “hangat, tenang, dan mengagumkan”.
Mia Madre
Sutradara film Italia, Nanni Moretti memenangkan penghargaan Palme d’Or 2001 untuk filmnya tentang keluarga yang berduka, The Son’s Room. Film terbarunya, walaupun berlatar film komedi-drama, sebetulnya dijiwai oleh rasa duka seorang sutradara (dimainkan Margherita Buy) yang berniat memperbaiki kualitas hidupnya kembali.Tersihir oleh dunia film - John Turturro berperan sebagai bintang, seorang aktor bombastis terkenal Amerika – dengan ibu yang sekarat dan anak remaja perempuan yang semakin menjauh, peran ini dimainkan oleh Buy dengan “reaksi penuh kegugupan dan mata yang terlihat letih dan stress”.
Majalah Variety memujinya dengan mengatakan film ini membawakan “sebuah pertunjukan menyentuh yang ditunjukkan seorang perempuan yang larut dalam emosi”, dengan “pembuatan film yang bagus dan kuat yang dihidupkan oleh karakter Moretti membuatnya menyatu dengan drama dan humor” kata The Hollywood Reporter.
Tickled
Setelah wartawan David Farrier menemukan video “kompetisi menggelitik”, yang berisi anak laki-laki muda yang dibayar untuk diikat dan digelitik, keinginannya untuk mengikuti ceritanya menemukannya dengan ancaman dan kekerasan.Tidak terpengaruh, investigasi lanjutannya membuat harian The Washington Post menyebutnya sebagai “cara kreatif, umpan tidak tetap dan pergantian film” yang “membawa penonton kedalam lubang kelinci yang menggelisahkan, kedalam pojok Internet, krisis ekonomi dan psikis manusia yang berubah semakin gelap dalam setiap belokan”. Jauh dibalik keanehan, film dokumenter ini adalah “tentang kekuasaan, rasa malu, dan hukum”.
Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/vert_cul/2016/08/160822_vert_cul_filmagustus
COMMENTS