Dengan pengalaman selama 35 tahun di industri film, sineas Garin Nugroho ingin merayakan sekaligus mempersembahkan sebuah film bisu yan...
Dengan pengalaman selama 35 tahun di industri film, sineas Garin Nugroho ingin merayakan sekaligus mempersembahkan sebuah film bisu yang mengangkat mitologi Jawa terinspirasi dari karya Friedrich Wilhelm Murnau; Nosferatu, "Setan Jawa".
Setan Jawa yang merupakan film bisu hitam putih pertama Garin mengombinasikan genre film horor dengan iringan tari kontemporer Jawa dengan orkestra musik gamelan. Film ini menceritakan kisah cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20.
Mengambil lokasi syuting di dua kota Jawa; Solo dan Yogyakarta, film berlatar tahun 1920, menyelaraskan kehidupan masa dulu dengan perkembangan waktu film hitam putih di masa sekarang. Garin menggabungkan unsur gaya hidup, sastra, dan berbagai bentuk seni hiburan di puncak kolonialisme Belanda dalam film ini.
Film ini bukanlah drama sejarah, namun waktu sejarah dalam film adalah bingkai referensi dalam "Setan Jawa". Era kolonial awal abad ke-20 menjadi era tumbuhnya industrial, infrastruktur, gerakan nasionalisme, dan identitas manusia Jawa yang dipresentasikan dalam kehidupan sehari-hari, seni, bahasa dan juga mistik.
Pada masa ini, mistik Jawa tumbuh seiring tumbuhnya theosofi, sebuah gerakan religius berbasis harmoni beragam perspektif kepercayaan. Dalam konteks ini, jalan pesugihan menjadi populer untuk meraih masa depan lebih baik sekaligus sebagai mobilitas sosial dalam dunia baru yang penuh tekanan.
Tokoh dalam film Setan Jawa
Karakter dalam film Setan Jawa menampilkan Asmara Abigail sebagai Asih, Heru Purwanto (Setio), dan Luluk Ari (Setan Jawa).
Setio, yang merupakan seorang pemuda dari desa miskin jatuh cinta dengan Asih, seorang putri bangsawan Jawa. Lamarannya yang ditolak, membuat Setio membuat kesepakatan dengan iblis yang dikenal sebagai Pesugihan Kandang Bubrah untuk mencari kekayaan dan nantinya dapat melamar Asih. Setio pun menjadi kaya dan nikah dengan Asih, sehingga mereka hidup bahagia dalam rumah Jawa yang megah.
Asih pun mengetahui bahwa suaminya menjalani laku pesugihan kandang bubrah. Sebagai wujud cinta Asih kepada suaminya, ia kemudian menemui setan pesugihan. Asih memohon pengampunan pada setan agar suaminya pada saat kematiannya tidak menjadi tiang penyangga rumah.

Asmara (Asih) pun antusias saat terpilih menjadi pemeran utama proyek terbaru Garin. Meski dirinya belum pernah berakting, namun Asmara merasa dapat menyesuaikan diri untuk menguasai tari dan koreo untuk perannya di film ini.
"Jadi, waktu itu latihan di Solo dua minggu sebelum syuting. Background saya (menari) tango, flamengo, pole dancing, jadi saya beda dari penari-penari Jawa yang lain. Sehari bisa latihan dengan 3 sampai 4 maestro tari di ISI," ungkap Asmara.
Garin tak sendirian dalam menggarap film yang membutuhkan waktu satu minggu produksi ini. Bakti Budaya Djarum Foundation pun mendukung penuh ide-ide kreatif yang ingin mengeksplorasi budaya-budaya unik yang ada di Indonesia.
"[...]Diharapkan film ini mendapat banyak apresiasi dari masyarakat Indonesia dan juga masyarakat luar. Sehingga nantinya akan semakin banyak sineas muda yang terinspirasi dan menghasilkan film yang tak kalah hebatnya," ungkap Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Film "Setan Jawa" akan rilis di Jakarta dan menjadi penampilan pertama sebelum diputar pada world premier di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Australia, pada Februari 2017.
Setan Jawa akan ditampilkan pada tanggal 3 & 4 September 2016 pukul 20.00 WIB di Gedung Teater Jakarta, Jln. Cikini Raya no. 73 Jakarta Pusat. Pemesanan dan pembelian tiket dapat dilihat melalui tautan berikut.
Catatan redaksi: Beritagar.id merupakan mitra media film Setan Jawa
Sumber: https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/setan-jawa-film-bisu-hitam-putih-dari-garin-nugroho
COMMENTS